Benarkah Laki-Laki Lebih Hebat Dari Perempuan?

February 01, 2019
Meskipun liburan telah tiba, tapi itu masih belum membuat Sam pulang ke kampung halamannya. Laki-laki ini masih disibukkan oleh kegiatan organisasi di kampusnya. Teman-teman Sam yang satu kampung halaman yang berbeda kampus telah kembali ke kampung halamannya masing-masing. Kini tinggalah Sam yang masih berada di kota perantauannya sendirian. Hari-hari dilaluinya dengan mencari kegiatan agar tidak bosan dilanda angin kesendirian di kosnya.

Hari demi hari telah berlalu, tapi jatah pulang kampunya masih belum diambil. "Kapan aku bisa pulang?" gumamnya dalam hati. Pikiran tentang token listrik kosnya yang hampir habis dan juga krisis moneter yang dialaminya seakan menjadi hantu yang menmaninya selama seminggu ini. Hingga, dia memutuskan untuk menanyai temannya yang katanya akan kembali ke kota perantaunnya. Sam mulai menghubungi temannya. Ya...benar saja 3 hari lagi temannya akan kembali ke kota perantaunnya. Ada perasaan lega dalam hati Sam, meskipun kos temannya letaknya lumayan jauh. Namun, dapat membatu Sam untuk menghilangkan kekhawatiran dengan listrik kosnya.

Setelah temannya kembali ke perantauan, Sam berencana akan menghabiskan waktunya sebelum pulang kampung di kos temannya itu. "Jun, aku nginep kosmu ya...ntar kalau aku mau pulang anterin ke stasiun." pinta Sam pada temannya Juna yang akan kembali ke kota perantauannya dikarenakan ada sesuatu urusan yang harus dikerjakan. "Okelah sini aja." kata Juna yang memang dia juga sendirian di kosnya.

Setelah Sam membawa laptop dan beberapa kaos ganti, dia langusung bergegas menuju kos Juna menggunakan motor dari teman satu kosnya yang memang sengaja ditinggal. Bersama temannya Juna, Akhirnya pikiran tentang listrik kosnya yang hampir habis bisa sedikit demi sedikit hilang. Disana Sam bercwrita bahwa listrik kosnya yang hampir habis dan dia juga mengalami masalah kirisis moneter, hal itu yang membuat Sam bisa dibilang mengungsi di kosnya temannya.

Ternyata Juna juga memilik masalah yang sam dengan Sam yaitu krisis moneter. Jadi selama di perantauan, untuk makan mereka memutuskan untuk memasak sendiri. Tak hanya nasi, tapi juga lauknya. Berbekal ilmu dari dua orang ibu yang berbeda, mereka mulai pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan dan sembako. Namun, apadaya laki-laki jika belanja memang ada lupanya, mereka berdua melupakan sesuatu yang penting untuk masak yaitu minyak. Untung saja di dapur kosnya Juna  masih ada sisa minyak milik orang yang satu kos dengannya. 

Hari pertama mereka memasak nasi gorenag. Harap-harap bisa makan nasi goreng yang enak, nasi goreng buatan mereka entah bisa dikatakan gagal atau berhasil. Pasalnya nasi goreng mereka tidak sesuai dengan ekspektasi, tapi ada sesuatu yang beda yang membaut nasi goreng ini tidak bisa dikatakan gagal. Yang menjadi masalah pertama adalah nasinya yang menggumpal dan bumbu dari nasi goreng yang kurang berasa. Disisi lain ada suatu kreasi yang merupakan saran dari Juna, yaitu mengganti daging dengan tempe. 

The next day mereka memasak sarden. Sebenarnya tidak ada masalah bagi Sam untuk memasak sarden. Yang jadi masalah adalah ketika Juna terbiasa dimasakkan oleh ibunya sarden goreng. Sam belum pernah memasaknya, jadi semua tentang sarden goreng diserahkan pada Juna. Bumbu mulai dihaluskan oleh Sam,sedang Juna mulai mengocok telur yang kemudian akan dicampurkan ke sarden. Sam yang sudah mendapatkan gambaran dengan sarden goreng mulai membayangkan bahwa ini mungkin akan enak. Setelah sarden dicampur dengan kocokan telur dan bumbu bumbu yang disediakan. Juna mulai menggoreng sarden tersebut. 

Ternyata memang kita tidak boleh berharap lebih selain pada-Nya. Alih-alih harapan makan sarden goreng yanng enak sesuai dengan ekspertasi. Sarden yang meraka makan ternyata terlalu asin dan bahkan hancur tek berbentuk. Walaupun begitu mereka harus tetap memakannya untuk menghilangkan rasa lapar. 

Untuk makan malam mereka hanya menggoreng tempe dan membuat sambal. Untuk bagian goreng-menggoreng semuanya Sam serahkan pada Juna. Pertama mereka akan menggoreng cabai, bawang, dan tomat. "Mungkin ini alasan kenapa laki-laki butuh perempuan." canda Sam pada Juna yang terlihat seperti perang dengan letusan minyak panas daripada menggoreng cabai dan kawan-kawannya. Sam hanya mengamati dari jauh karena memang Sam juga jaga jarak dari letusan minyak panas itu. 

Setelah berperang, Juna langsung kemudian menggoreng tempe. Untuk bagian menghaluskan sambal diserahkan pada Sam. Untuk kali ini masakan yang mereka makan rasanya sudah lumayan enak daripada sebelum-sebelumnya.

Hari berikutnya yang merupakan hari terakhir Sam di kota perantauan, mereka kebingungan ingin masak apa. Hingga akhirnya mereka memperoleh kesepakatan yang sama, yaitu memasak sambal petai. Setelah mebeli bahan-bahan, kali ini urusan memasak sambal petai dihandle oleh Sam, karena memang Sam sudah pernah memasak sambal petai ketika di rumah. Untuk kali ini tidak ada masalah pada masakannya. Hingga akhirnya masalah itu datang ketika Sam akan mencuci piring. Keran bak cucian piring di kosnya Juna tiba-tiba lepas dan membuat air memancar kemana-mana dan membasahi baju Sam. 

Juna datang untuk membantu, tapi tetap saja mereka tidak bisa menanganinya. Terbesit ide dipikiran Sam agar sementara menyubat selang tersebut dengan kantong kresek. Memang perlu usaha maksimal untuk dapat menyumbatnya dengan kantong kresek yang hanya diikat menggunakan tali rafiah. Malam itu baju mereka berdua basah kuyup. Sam mendapat kondisi paling parah karena dia tidak ada baju ganti lagi, hingga akhirnya Sam memutuskan untuk memakai kaos yang telah ia pakai tempo hari lalu.

(sumber: Google.com)

Tidak Ada Laki-Laki Dan Perempuan Yang Sempurna, Mereka Diciptakan Tuhan Untuk Saling Menyempurnakan (Andhika Putra Agus Pratama)


Sebuah cerita yang terinspirasi dari kisah nyata....

2 comments:

  1. Ternyata memang kita tidak boleh berharap lebih selain pada-Nya.

    Iya, setuju banget sama kalimat itu. Tulisannya keren :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih mbak :)
      iya, harapan yang paling baik memang berharap pada-Nya

      Delete

Powered by Blogger.