Kalijaga Si Kereta Pembelah Bukit
Perjalanan kali ini yang saya tempuh bersama teman saya terasa lain dari yang lainnya. Dinginnya AC kereta Blorajaya kali ini terasa berbeda dari sebelumnya. Gerbong kereta ini membuat teman saya merasa mual, emtah karena apa kami juga tidak mengetahuinya. RBG (Randublatung) adalah stasiun tempat kami memulai perjalanan ini, perjalanan menuju LPN (Lempuyangan).
Perjalanan kami dimulai pada pukul 05.25 WIB. Apa sih yang membuat perjalanan kali ini berbeda?Selain hal diatas, yang membuat perjalan kami berbeda adalah kami mengambil jalur yang berbeda pula. Kali ini jalur yang kita lewati bukan lagi jalur Purwodadi-Solo dengan bus raja jalanannya. Melainkan adalah jalur dengan kereta lokalnya, yaitu jalur Semarang-Solo.
KA Kalijaga di semarang poncol
Baca juga: Belajar Kerelaan Dengan Bus "Rela"
Menggunakan jasa kereta Kalijaga bukan merupakan hal baru lagi bagi kami. Namun, kali ini terasa amat lain dari yang sebelum-sebelumnya. Sebelum menggunakan jasa layanan KA Kalijaga kami menyempatkan diri untuk sarapan didaerah sekitar Stasiun Poncol.
Kami sempat bertemu dengan teman sekolah kami dan ngobrol-ngobrol lama. 20 menit sebelum keberangkatan kami chek-in terlebih dahulu. Sebelum masuk ke kereta, teman saya membeli green tea karena memang dia masih belum puas dengan soto dan teh manis hangat saat sarapan tadi.
Suasana KA Kalijaga ketika masih berada di Stasiun Poncol belum terbilang ramai. Ditambah lagi dengan tempat duduk yang berhadapan, sehingga kami dapat meluruskan kaki ke kursi didepan kami. Namun, sayangnya kenikmatan meluruskan kaki tidak bertahan lama. Ketika sampai di Stasiun Tawang, ramai penumpang memasuki gerbong.
suasana setelah di Stasiun Tawang
The Journey Start Here
Perjalanan sesungguhnaya dimulai ketika KA Kalijaga meninggalakan Tawang. Harus menunggu beberapa menit untuk merasakan sensasi kereta yang membelah bukit ini. Tepat setelah berhenti dari Stasiun Brumbung, beberapa saat kemudian kereta mulai memasuki wilayah hutan dan ladang.
hutan dan ladang jagung
Perjalanan KA Kalijaga tak hanya sampai disitu, sensasi kereta menanjak dan menuruni perbukitan memang tidak terlalu terasa. Hal itu dikarenakan tanjakan pada kereta memang tidak begitu curam. Namun bagi penumpang yang mengamatinya akan benar terasa sensasi tersebut. Tak hanya menajak dan menurun didaerah perbukitan yang membuat kesan kereta ini menjadi seperti membelah bukit. Namun juga pada hamparan ladang yang berbukit-bukit
hamparan ladang yang berbukit-bukit
Jalur yang dilewati oleh KA Kalijaga memang rumit sehingga membuat masinis harus menurunkan kecepatan kereta. Pelayanan dari kereta Semarang-Solo ini dapat dikatakan hampir seperti pelayanan pada kereta api jarak jauh.
Perjalanan tak berhenti sampai disitu. Setelah melewati daerah perbukitan, KA Kalijaga masuk kedaerah permukimam. Umumnya stasiun pada daerah ini masih menggunakan kawat sebagai bentuk pengatur perjalanan. Kami melewati berbagi jenis stasiun lama.
jalur setelah perbukitan
Dalam perjalanan ini, ada stasiun yang membuat kami tertarik yaitu, Stasiun Tanggung yang merupakan stasiun kedua tertua di Indonesia yang masih aktif. Dengan desain yang masih sederhana, terbuat dari kayu. Stasiun ini merupakan momok penting bagi sejarah perkeretaapian Indonesia. Stasiun kelas III ini menyajikan desain seperti rumah biasa dengan cat berwarna kuning.
welcome to Stasiun Tanggung
Stasiun Tanggung
Selain Stasiun Tanggung, stsiun kedua yang membuat kami tertatik adalah Stasiun Kedungjati. Stasiun peninggalan Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschhappij
(NISM) yang telah berusia sekitar labih dari 110 tahun ini memiliki desain yang tergolong epic. Pasalnya lantai pada stasiun ini masih menggunakan lantai lama stasiun yang memiliki desain kotak-kotak timbul. Desain epic juga tampak pada dinding stasiun yang menggunakan batu bata ekspose. Pada stasiun ini juga memiliki jalur kereta yang khusus menuju arah Ambarawa.
tampak Stasiun Kedungjati
ruang tunggu Stasiun Kedungjati
jalur ke Ambarawa
Setelah berhenti sejenak di Stasiun Kedungjati, kereta api kalijaga melanjutkan perjalanannya mengantar kami ke Stasiun Solo Balapan. Kami kagum dengan cagar budaya yang telah dikelola dengan baik oleh PT KAI.
Setiap Perjalanan Memiliki Kisahnya Masing-Masing.
Nggak ada platform 3/4 disana? wkwk
ReplyDelete9 3/4 :P
Delete. hehehe....harus usul PT KAI dulu mbak kalau gitu XOXO
Delete